Breaking News
Loading...
Sunday, July 8, 2012

Di Sebuah Kebun Jagung Kau Menemukanku


Kebun jagung ini berjarak 200 meter dari rumah Kakekku, luasnya ternyata tidak lebih dari 2 hektar. Pagi yang dingin ini tak menghalangiku untuk mengunjunginya meski bukan masa panen, karena masih dibutuhkan waktu dua bulan lagi bagi tongkol-tongkol jagung yang terselip itu siap untuk dipetik. Dua hari ini hatiku serasa membeku, peristiwa yang baru saja terjadi membuatku sedih sampai tak mampu lagi menangis. Di kebun jagung ini pernah terjadi dua hal sekaligus yang mengubah hidupku sebagai seorang Dias.

Sejenak aku teringat saat usiaku masih 5 tahun, dahulu kebun ini serasa sebuah hutan lebat yang ditumbuhi tanaman jagung dewasa dengan rapat sampai-sampai aku menangis karena tidak dapat menemukan jalan keluar dari dalamnya. Masih melekat dalam ingatanku bagaimana takutnya aku saat itu, dalam benakku aku merasa sudah tamat hidupku. aku membayangkan bahwa aku tersesat ke sebuah dunia yang lain yang berbeda dengan yang selama ini aku kenal. Tidak ada Papa, Mama, Kakek, Nenek, dan kue apel yang dibuat Nenekku. Aku tersesat dan tidak bisa pulang. Ketakutanku bertambah saat kudengar suara burung gagak yang sesekali seolah terbang melintas di atas kepalaku. Dan dalam keadaan seperti itu, Dias kecil hanya bisa menangis. Entah berapa lama aku menangis di sela ketakutanku, rasa-rasanya sampai parau suaraku bahkan air mataku juga sudah tidak bisa keluar lagi. Peristiwa itu adalah peristiwa paling menakutkan seumur hidupku.

          Di tengah kebingunganku aku berusaha menemukan jalanku pulang, di tengah ketakutanku dan sisa kekuatanku kusibak batang-batang jagung yang mengelilingiku namun tak kutemukan, aku malah semakin tersesat. Aku hilang arah, dengan tinggi badan kurang lebih 83 cm saat itu aku tidak dapat melihat apapun kecuali batang-batang pohon jagung di sekelilingku.

Tiba-tiba aku mendengar ada suara yang memanggilku
“Diaaaasssss….”
“Diaaaasssss….”
“Kakek datang untuk menemukanmuuuuuu…”
“Diaaaassss… jangan bergerak lagi naaakkk..”
“sekarang diamlah di tempatmuuuuu… kakek akan menemukanmuuuu….”
“Diaaaaasssss…. Dengar suara Kakek naaaakkkk?????”
Sontak aku berseru dengan sisa-sisa kekuatanku untuk menjawab suara itu semampuku
“Kakeeeekkkk….”
“Kakeeeekkkk….”
“Dias disiniiiiii… Dias menunggu Kakeeeekkkkk…”
“Kakeeekkkk….. Kakek dengar suara Diasss????..”
“Huhuhuhu…..”

Air mataku kembali mengalir deras saat aku menyadari bahwa seruan terakhirku hanya sampai di kerongkongan karena aku telah kehabisan suara. Aku hanya bisa terduduk dan menangis sambil melihat ke langit seraya memohon kepada Tuhan supaya Dia membawa Kakek kepadaku. Saat itulah untuk pertama kalinya aku merasa benar-benar mengalami kesulitan besar dan merasa hanya Dia yang sanggup menolongku. Seketika aku berhenti menangis, mencoba berseru lagi dengan suara yang seadanya
“Kakeeeeekkkk…”
“Jangan takut Dias, kakekmu pasti dapat menemukanmu..”

Sejenak setelah suara itu terdengar di telingaku, tiba-tiba aku melihat kakekku telah menyibak batang-batang jagung di depanku dan berdiri di hadapanku. Saat aku menatapnya, dia langsung berhambur ke arahku dan memelukku seraya berkata
“Ya Tuhan terimakasih…”
“O… Haleluya..”

Dalam pelukkan kakek aku menangis lagi, dan tiba-tiba suaraku yang hilang muncul kembali bahkan lebih kencang lagi. Tapi aku merasakan tangisanku ini berbeda, tangis ini adalah tangisan haru, gembira, dan lega karena aku telah ditemukan. Dalam hati baru aku menyadari bahwa apa yang aku sampaikan pada Tuhan untuk pertama kalinya dijawab-Nya dengan segera. Sambil memeluk erat kakekku aku berseru dalam hati menyatakan persetujuanku dengan seruan kakek, “Terimakasih Tuhan…”

          Sudah 10 tahun peristiwa itu berlalu sejak Papa dan Mama mengajakku pindah ke kota karena tuntutan pekerjaan Papa, namun peristiwa itu tidak pernah hilang dari ingatanku. Aku menutup mata dan merasakan aliran hangat dari mataku. Getar yang ada dalam hatiku saat ini juga sama dengan apa yang aku rasakan 10 tahun yang lalu di tempat ini. Dalam pelukan kakekku, aku diperkenalkan pada seorang Pribadi yang membawa kakek menemukan aku. Ya, Yesus namanya, demikian kakek memanggilnya. Semakin deras aliran hangat itu keluar dari mataku namun aku tersenyum bahagia, karena peristiwa itu telah membawaku mengenal Yesus yang selalu dapat menemukanku dan menolongku.

          Kebun jagung yang dahulu pernah menjadi tempat yang sangat menakutkan bagiku, seketika itu juga menjadi tempat terindah bagiku untuk mendapatkan kekuatan dalam masa-masa sulitku. Seperti saat ini, ketika aku berduka karena seseorang yang dekat di hatiku tak lagi ada di sampingku. Kakek Yusak, demikian orang mengenalnya. Kemarin Tuhan telah menutup usianya pada bilangan 80 tahun dalam damai sejahtera tanpa keadaan apapun yang menyakitinya. Kakek meninggal tepat sehari setelah aku pulang kembali ke rumah ini, saat kami sedang menyanyikan kidung pujian bersama seperti yang dahulu pernah kami lakukan. Aku sudah merasakan hal itu sejak seminggu sebelum aku pulang ke rumah ini, entahlah seperti suara Tuhan yang memberitahuku,

“Pulanglah segera, ada hal penting yang akan terjadi.”

Dan inilah hal penting itu, perginya seorang Kakek Yusak yang penuh kasih dan bijaksana ke Rumah Tuhan. Dalam keheningan dan kesejukan pagi ini aku bergumam,

“Hhhh…. Kakek, Dias percaya kau aman di sana sekarang. Seperti Dia yang telah menolongmu menemukanku kala itu, Dia juga yang akan membawamu masuk dalam kekekalan yang damai bersama-Nya. Terimakasih Kakek karena kau memperkenalkanku pada-Nya yang sekarang sedang bersamamu. Sampai bertemu lagi Kakekku tercinta, di suatu masa nanti. Oohhh…. Terimakasih Yesus.”

Aku membuka mataku perlahan-lahan, dan kudapati dunia menjadi lebih indah dengan hal yang baru saja aku dapatkan. Aku jadi merasakan kelegaan dan kedamaian bukan lagi duka seperti sebelumnya. Aku pun tersenyum…
Entah berapa hal lagi dan apa lagi yang akan aku alami setelah ini. Di kebun jagung ini aku telah dimampukan untuk melihat jalan-jalan di hadapanku dengan senyum. Tidak lagi seperti Dias berusia 5 tahun yang kebingungan mencari jalan keluar sambil menangis seakan tidak ada jalan keluar. Sekarang aku dapat merasakan kekuatan dan tuntunan tangan dari Seseorang yang diperkenalkan kakek kepadaku secara nyata. Dialah Yesus, Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Bersama-Nya telah kutemukan jalanku ^^,


Untuk Nenekku yang terkasih
Aku mencintaimu, ini karya pertamaku ^^,
Terimakasih Tuhan untuk waktu yang pernah kami miliki bersama
Aku selalu rindu waktu yang akan kami miliki bersama lagi dengan Engkau ‘nanti’
Solo, 22-23 Juni 2012
01.28

Ditulis Oleh Sango Chan

Kalo kamu suka tulisan ini, bantu kita menyebarkannya dengan mengklik share/bagi yah! Ditunggu juga cerpen dan puisi kamu di cerpuni@gmail.com

GBU :)

4 comments:

Copyright © 2013 Kristus All Right Reserved